Tiga Prinsip Penting Ajaran Fiqih Sosial Maharaja Purnawarman

Sabtu, 26 Januari 2008

 

Oleh: Ki Waras Jagat Pakuan

 

"Kula datang di tatar Pasundan pikeun mawa karaharjaan jeung kabagjaan rahayat Pasundan. Memang kula teu ngabagi-bagi emas jeung munding ka rahayat kula, tapi kula mere pangarti supaya rahayat bisa boga emas jeung munding". (Saya datang di daerah Pasundan untuk membawa keraharjaan dan kebahagian rakyat Pasundan. Ya, memang saya tidak membagi-bagi emas dan kerbau kepada rakyat Pasundan, akan tetapi saya memberi ilmu pengetahuan agar rakyat bisa mempunyai emas dan kerbau)[1]

 

Siapakah Raja Purnawarman itu?

            Raja Purnawarman (395 – 434 M) adalah cucu dari Jayasingawarman (Pendiri Kerajan Hindu Tarumanagara di Tarumadesya, tepi sungai Citarum 358 – 382 M.) Sebagaimana kakek beliau adalah seorang keturunan India, ayah beliau juga adalah seorang India sedangkan ibu beliau adalah puteri dari Raja Darmayawarman (382 – 395 M. putera dan penerus Raja Jayasingawarman). Pada masa pemerintahan Raja Purnawarman pusat pemerintahan berada di Ciaruten Bogor, istana beliau persis berada di tepi dan diapit dua muara sungai besar yakni Sungai Cianten dan Sungai Cisadane oleh karena itu Negeri Tarumanegara ketika itu disebut juga Negeri Sela Cai. Batu Tulis Ciaruten dan beberapa situs peninggalan di sekitarnya menunjukkan bahwa memang pusat pemerintahan beliau di sana.[2] Paduka Raja Purnawarman, Raja Yang Gagah dan Berani serta berhasil mensejahterakaan rakyatnya wafat pada tahun 434 M, abu jenazahnya dilarung ke laut.

Tiga Prinsip Penting Fiqih Sosial Purnawarman

            Kurang lebih empat atau lima tahun yang lalu, penulis mendapat taufik untuk kontak spiritual dengan Paduka Raja Purnawarman. Pada waktu itu beliau memberi nasihat yang nampaknya nasihat ini merupakan ajaran dari fiqih sosial beliau yang dikembangkan di Tarumanegara. Tiga prinsip itu adalah:

I.                   Lamun hudang isuk ulah kapiheulaan ku hayam (Kalau bangun pagi jangan keduluan sama ayam jago berkokok);

II.                Lamun panen ulah dibeakeun kabeh, simpen sawareh jeung pelakeun deui sawareh (Kalau panen jangan dimakan atau dijual semua, simpan sebagian dan tanamkan lagi sebagian); dan

III.             Lamun boga beas, bagi-bagi ka tatangga (Kalau punya beras-makanan-, bagi-bagilah kepada tetangga).

Kalau kita perhatikan, prinsip pertama adalah prinsip disiplin, tidak malas serta untuk meningkatkan etos kerja. Seandainya saja segenap orang Sunda mau memperhatikan hal ini, penulis yakin kemiskinan dan jumlah orang miskin di sini akan sangat minim. Bahkan bagi orang Islam, bangun diwaktu janari (waktu bersahur) adalah sangat disenangi Allah SWT. pada waktu itu umat Islam melakukan tahajjud, berdo'a dan berzikir agar di siang hari mendapatkan keraharjaan dan dan kebahagiaan. Jadi wajar saja jika Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as., Ratu Adil Imam Mahdi mensyaratkan (salah satu syaratnya) bagi orang yang telah berbai'at kepadanya untuk secara kontinyu menegakkan shalat tahajjud.

Prinsip kedua, adalah prinsip anti boros, prinsip gemar menabung dan berinvestasi. Oleh karena itu penulis mengingatkan kita semua, mudah mudahan bukan saja orang Sunda mau melaksanakan prinsip ini akan tetapi seluruh warga NKRI baik yang berada di pulau-pulau Sunda Besar (Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua) maupun Sunda Kecil (NTB dan NTT).[3]

Prinsip ketiga, adalah prinsip gemar memberi dan mengasihi sesama (terutama tetangga)[4]. Bagi umat Islam, pengorbanan harta telah disyariatkan di antaranya; zakat, infaq, shadaqah dan penyembelihan hewan qurban. Kesemuanya itu diarahkan kepada penanganan orang-orang miskin atau dhu'afa selain untuk membangun sarana-sarana keagamaan. Kalau saja prinsip ini dilaksanakan oleh umat Islam, sebagian umat Islam tidak akan lagi mengganggu perjalanan orang di jalan raya dengan meminta infak dan shadaqah. Imam Mahdi as. membangun beribu-ribu mesjid di seluruh dunia melalui system Islam ini, bahkan bagi sebagian pengikut beliau banyak yang menyerahkan harta mereka tiap bulan 1/10 sampai 1/3 dari harta mereka disamping zakat untuk tujuan social dan pembangunan keagagamaan ini. Oleh karena itu Imam Mahdi as. dan Jemaatnya tidak pernah meminta bantuan pinansial kepada pemerintahan manapun atau organisasi donor mana pun.

Pesan dan harapan Penulis: HAYU URANG NGAJI DIRI JEUNG NGAJI RASA SUPADOS URANG SILIH ASAH, SILIH ASIH, JEUNG SILIH ASUH. HINDARKAN PERBUATAN ANARKIS YANG MERUGIKAN HARTA DAN JIWA ORANG LAIN. KEMBALI KEPADA JATIDIRI  ORANG SUNDA YANG GEMAH, RIPAH, REPEH, RAPIH.

Tanggapan: Kijagat@Gmail.Com

 



[1]  Sabda Paduka Raja Purnawarman yang disampaikan kepada penulis tanggal 27  Januari 2008, kira-kira jam 05.50 secara spiritual ketika penulis baru memulai tulisan ini.

[2]  Penulis sudah tiga kali mengunjungi Situs Ciaruten dan terkadang berhasil melakukan kontak langsung dengan secara spiritual dengan ruh etherik beliau. 

[3]   Dalam hadits disebutkan bahwa Nabi Saw. bersabda: "Jangan boros dan jangan boros".

[4]  Yang Mulia Rasulullah Saw. bersabda: "Tidak henti-hentinya Jibril berpesan tentang tetangga, sampai sampai saya menyangka bahwa tetangga akan diberi hak atas warisan".

0 komentar: