KI WARAS JAGAT
DARI ISLAM RADIKAL
KE ISLAM MODERAT
Oleh: Ki Waras Jagat Pakuan
Al Qaeda and Radical Islamic Network |
Salafi Jihadi di Indonesia |
Tujuan : Khilafah Islamiyah Metode: Kekerasan/Teror Aksi di Poso, Ambon Untuk Mendapatkan simpati Dari umat Islam, dan propaganda untuk melawan Barat. |
Muncunya kelompok Islam Radikal di Indonesia
Kelompok yang dikatagorikan Islam Radikal di Indonesia telah muncul menyusul masuknya faham Wahabi di Indonesia, sebelum kemerdekaan Indonesia, yakni di Sumatera Barat ditandai dengan munculnya Perang Paderi yang dipimpin oleh Imam Bonjol. Adapun pasca Kemerdekaan Indonesia, di Jawa Barat puncaknya ditandai dengan munculnya gerakan DI TII pimpinan Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo pada tahun 1948, di Daerah Istimewa Aceh (Pidie) Pemberontakan DI TII pimpinan Muhammad Daud Beureuh tahun 1953 , di Sulawesi selatan DI TII pimpinan Abdul Kahar Muzakar (La Domeng, nama kecil) tahun 1953, demikian juga DI TII telah muncul di Jawa Tengah dan Kalimantan Selatan.
Kebangkitan Islam Radikal di Indonesia sangat diilhami dan dipengaruhi Gerakan Wahabi yang dipimpin oleh Muhammad Bin Abdul Wahhab yang telah berkomplot dengan gerakan politik radikal Ibnu Sa'ud dan Pemerintah Kolonial Inggris yang menjajah Arab ketika itu. Dengan persekongkolan tiga kekuatan itu mereka berhasil mendirikan Kerajaan Saudi Arabia yang kita kenal sekarang.
Kebangkitan berbagai kelompok Islam Radikal di Indonesia pasca reformasi dan lengsernya mantan Presiden Soeharto ditandai dengan munculnya gerakan-gerakan Islam Radikal Neo-DI TII seperti Jamaah Islamiyah yang didirikan di Malaysia oleh Abdullah Sungkar, Majlis Mujahidin (MMI) di Surakarta oleh Abu Bakar Ba'asyir Fron Pembela Islam (FPI) oleh Habib Rizziq Syihab dan Cecep Bustomi di Jawa Barat dan Banten. Disamping itu, gerakan Islam Radikal semi politik muncul melalui Ikhwanul Muslimin dan Hijbut Tahrir Indonesia (HTI). Kelompok-kelompok Islam Garis Keras ini merupakan basis kekuatan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Kenapa Penulis Menjadi Seorang Islam Radikal?
Penulis, Ki Waras Jagat di lahirkan dari keluarga yang taat beragama di lingkungan Syarikat Islam, ayah penulis merupakan salah seorang sesepuh SI cabang Maja (Majalengka). Ajaran Islam yang diterima dan difahami Ki Waras Jagat semenjak kecil hingga remaja adalah ajaran Islam versi Syarikat Islam, khususnya "SI Ibrahim". Penulis hapal betul ajaran HOS Tjokroaminoto: "Sebersih-bersih tauhid, sepandai-pandai siasat dan setinggi-tinggi ilmu pengetahuan". Penulis sewaktu di SI merupajan anggaota bai'at Syarikat Islam, bukan hanya simpatisan.
Setelah lulus SMP (SMP Tjokroaminoto Maja) penulis masuk Madhrasah Aliyah PUI Maja dan Pesantren Islam Pembangunan Masyarakat (PIPMAS), yang belakangan pesantren ini berubah nama menjadi Pesantren As-Salam Maja. Di pesantren pada awalnya penulis mempelajari Islam versi A Hassan Persatuan Islam (PERSIS), penulis sering kali berdebat tanpa kompromi dengan orang-orang NU atau PUI dengan senjata: "Man 'amila 'amalan laisa 'alaihi amrunặ fahua raddun" (Barangsiapa yang mengerjakan suatu pekerjaan yang tidak ada perintah dari kami maka amal itu ditolak) dan Kullu bid'atin zhalặlah wa kullu zhalặlatin finnặr. (Tiap-tiap bid'ah itu sesat dan tiap-tiap kesesatan itu di neraka)[2]. Pada tahun 1987 penulis meneruskan studi di IAIN "Sunan Gunung Djati" Bandung, Fakultas Tarbiyah Jurusan Bahasa Arab, dengan demikian penulis tidak lagi menjadi santri di lingkungan pesantren tersebut akan tetapi menjadi guru Bahasa Arab di MA dan Mts serta Ustadz Fiqih Lima Madzhab (Hanafi, Maliki, Syafi'i, Hanbali, dan Syi'ah Imamiyah) di pesantren tersebut.
Pada masa itu, pengaruh Revolusi Iran yang dipimpin oleh Ayatullah Khomaini sangat berpengaruh terhadap dunia pemikiran keagamaan di Indonesia. Guru penulis, Alm. Jamaluddin Hasan Ath-Thayyibi membawa ajaran ahlul bait, Syi'ah Imamiyah ke pesantren. Ketika itu penulis tertarik dan secara intensif mempelajari Syi'ah Imamiyah atau Syi'ah Dua Belas Imam. Penulis senantiasa membandingkan tulisan-tulisan dari kelompok Syi'ah, yang ketika itu banyak diterbitkan oleh Mizan Bandung dan YAPI Bandarlampung dengan buku-buku anti Syi'ah yang banyak diterbitkan oleh lembaga-lembaga penerbitan "Wahabi" yang ada di Indonesia. Terus terang, secara moral tulisan-tulisan Syi'ah lebih sopan dan beradab dibanding tulisan-tulisan yang pro Wahabiyah; terkadang mereka menggunakan kata-kata kasar dan bahkan tuduhan yang sama sekali tidak sejalan dengan semboyan mereka: "Kembali kepada Al-Qur'an dan Sunnah". Akhirnya, karena perbedaan pandangan dan pemahaman keislam serta untuk menjaga iklim teduh di dalam pesantren, maka tiga tahun kemudian, yakni tahun 1990 penulis dengan kesadaran penuh meninggalkan pesantren Assalam Maja dan bergabung di barisan Islam Moderat dan kaum Nasionalis.
Kenapa Penulis Meninggalkan Islam Radikal?
Tiga prinsif dasar: "Sebersih-bersih tauhid, sepandai-pandai siasat dan setinggi-tinggi ilmu pengetahuan" adalah tiga prinsif yang sangat baik dan sesuai dengan ajaran Islam. Permasalahan timbul kemudian adalah ketika seseorang memahami "Sebersih-bersih tauhid" itu dengan pemahaman sempit dan kerdil, memahami ayat Al-Qur'an dan Hadits yang berhubungan dengan Tauhid dan keimanan secara tekstual belaka dan menafikan pemahaman secara luas dan kontekstual. Dari sinilah biasanya muncul ketakaburan (syirik khafi), merasa penafsirannya itulah yang paling benar dan yang lain salah dan sesat. Lebih parah lagi jika harus menghalalkan darah orang yang bersebrangan dengan faham mereka atau kelompok Muslim lain yang dianggap kafir oleh mereka.
"Sepandai-pandai siasat", ini juga adalah ajaran yang alami dan rasional bagi makhluk yang namanya manusia. Terkadang seseorang itu membutuhkan cara dan metode bagaimana agar orang tersebut mendapatkan kekuasaan politik. Permasalahan timbul adalah ketika orang-orang Islam yang bergulat di dalam Islam Politik rebutan kursi atau jabatan secara tidak sehat, saling menjatuhkan, saling menggebosi, saling mencaci-maki dan saling mengolok-olok satu dengan lainnya. Dan yang paling berbahaya, adalah ketika seseorang berani "menjual" Islam demi tujuan politik dan kekuasaan dengan menggunakan kendaraan anarkisme dan terorisme atas nama Islam. Islam politik yang ekstra radikal biasanya memahami Surah Al-Maidah ayat ayat 44, 45, dan 46 yang menyatakan bahwa: Waman lam yahkum bimặ anzalallah fa'ulaika humul kặfirữn (Barangsiapa yang tidak berhukum dengan hukum Allah maka ia itu adalah orang-rang kafir) atau humuzhặlimữn (mereka itu orang-orang zalim) atau humul fặsikữn (mereka itu orang-orang zalim). Ayat-ayat ini bisanya mereka pahami secara lafziyyah (tekstual) sama sekali, tanpa memperhatikan konteks dan asbâbun nuzul ayat-ayat itu diturunkan.
Kekerdilan, kekakuan dan ketidak mauan mereka memahami ajaran Al-Qur'an secara utuh dengan memadukan prinsif-prinsif fiqh dengan tasawwuf dan akhlak, yang menjadi pilar-pilar utama ajaran Islam telah menyebabkan mereka terpeleset dari tujuan ayat-ayat tersebut diturunkan. Biasanya mereka hanya mau memahami ayat-ayat di atas secara radikal dengan "bumbu-bumbu" semangat "Jihad" yang menggebu-gebu dan ilusi akan tegaknya Hukum dan Khilafah atau Negara Islam.
"Setinggi-tinggi ilmu pengetahuan", ini adalah ajaran Islam yang tidak kalah pentingnya bagi kejayaan dan kebaikkan ummat manusia. Permasalahan timbul, jika seorang Muslim merasa cukup dengan ilmu dan pengetahuan yang ada pada diri atau kelompoknya saja. Dia tidak mau mengkaji dengan obyektif dan jujur ketika harus menghadapi orang atau kelompok lain yang bersebrangan dengan paham dan penafsiran mereka, bahkan seolah-olah ketika itu ilmu boleh disembunyikan dan ditukar dengan kedustaan. Lihatlah kasus tentang Ahmadiyah, dengan tidak memperdulikan lagi ilmu pengetahuan dan nalar yang sehat MUI mengeluarkan fatwa bahwa Ahmadiyah Sesat dan Menyesatkan tanpa mau dialogh apalagi mau melakukan investigasi atas dampak negative fatwanya itu. Padahal jika kita mau jujur, bahwa keyakinan Ahmadiyah tidak lain melainkan meyakini keyakinan Islam yang sebenarnya, yakni keyakinan yang secara ilmiah sangat bisa dipertanggungjawabkan, di dalamnya termasuk penafsiran ayat Khặtamun Nabiyyiin. Ahmadiyah telah menafsirkan ayat 40 Surat Al-Ahzab itu sesuai dengan kaidah-kaidah penafsiran yang diakui oleh semua madzhab Islam.
Rasulullah SAW. bersabda "Man 'amila 'amalan laisa 'alaihi amrunặ fahua raddun" (Barangsiapa yang mengerjakan suatu amalan yang tidak ada perintah dari kami maka amalan itu ditolak) dan Kullu bid'atin zhalặlah wa kullu zhalặlatin finnặr. (Tiap-tiap bid'ah itu sesat dan tiap-tiap kesesatan itu di neraka).
Kedua hadits di atas tidak diragukan lagi kesahihannya, yang jadi "malapetaka besar"adalah jika sebagian Muslim menggunakan dua hadits di atas seenak nafsunya dalam menyampaikan ajaran Islam yang ia pahami kepada orang lain. "Cilaka tujuh puluh", jika dalam penyampaian mereka itu dengan tekah memaksakan kehendak, penafsiran dan pemahaman pribadinya kepada orang lain dengan mengabaikan toleransi dan HAM. Lihatlah, MUI yang dewasa ini didominasi kelompok Islam Radikal sedang sibuk mengeluarkan orang-orang Islam menjadi non Muslim dan sesat. Padahal seorang Muslim yang tahu akan kadar kemanusiaannya, pasti ia tidak akan berani menuduh orang yang telah mengucapkan dua kalimah syahadat itu seorang kafir atau sesat hanya karena beda penafsiran ayat atau hadits.
Sungguh tragis paham "Pemilik Kebenaran Tunggal" itu, paham ini telah menyesatkan sebagian umat Islam hingga menjadi seorang mutakabbir (yang takabur) dan berani mengklaim bahwa seolah-olah surga itu hanya milik mereka, sedangkan kelompok lain mereka lemparkan ke neraka. Maha Suci Allah, hanya bagi Engkaulah sebenarnya sifat mutakabbir itu. Tetapi, kini banyak sudah orang yang berusaha menyaingi-Mu dan berani mengatakan si fulan itu sesat dan ahli neraka. Na'udzubillah.
Alhamdu lillah, penulis keluar dari kungkungan pemikiran sempit dan kerdil Islam Radikal dan memasuki Islam Moderat yang senantiasa berpemikiran luas, menyeluruh dan bijaksana. Melaui Islam Moderat, insya Allah "Ketauhidan Allah SWT" serta "Keindahan Islam dan Nabi Muhammad SAW" akan tetap terjaga. "Ya Allah, janganlah Engkau biarkan Islam ini ternoda dengan ulah sebagian umat-Mu yang bertindak melampuai batas kemanusiaan mereka, yang nyaris menjadi "tuhan-tuhan palsu". Mereka terus berusaha untuk memaksakan kehendak dan keyakinannya kepada orang lain. Padahal tidak ada satu makhlukpun yang Engkau beri kuasa untuk bertindak seperti itu. Ya Allah, Penguasa Mutlak yang tidak ada sekutu bagi-Mu, kabulkanlah permohonan hamba-Mu yang lemah ini.
Setia Terhadap Perjanjian Luhur Bangsa Indonesia
Sebagai ummat Islam, kita patut bersyukur kepada Allah SWT yang telah mengaruniai bangsa Indonesia dengan Kemerdekaan, Pancasila dan UUD 45. Pancasila dan UUD 45 adalah Perjanjian Luhur Bangsa Indonesia, perjanjian luhur ini harus dijaga dan ditaati oleh segenap komponen bangsa tanpa kecuali. Perjanjian Luhur Bangsa Indonesia ini akan mengikat segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia, sedikit saja ada usaha-usaha untuk merusak dan menghianati Perjanjian Luhur Bangsa Indonesia ini maka bangsa dan rakyat Indonesia pulalah yang akan menjadi korban. Tanah, air, api dan angin akan MURKA jika Perjanjian Luhur Bangsa Indonesia ini dikhianati. Muslim yang tulen dan Bangsa Indonesia beradab, akan sesantiasa menjaga dan menghormati serta menghayati Perjanjian Luhur Bangsa Indonesia ini.
Cukup sudahlah penderitaan kita alami di era reformasi ini, cukuplah sampai di sini pulalah nostalgia dan mimpi buruk tentang ingin mengganti Pancasila dan UUD 45 dengan dasar yang lain. Marilah kita bersatupadu, berkarya dan tidak merusak apa yang sudah kita bangun bersama. Insya Allah, kurang dari 10 tahun ke depan kejayaan, wibawa dan kekayaan NKRI akan kembali. Damai lah bangsaku dan damailah negeriku. Amin.
Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile.
Try it now.
1 komentar:
KEBENARAN TELAH DATANG
Ini saya sampaikan berita gembira untuk menuju kebaikan abadi. Dimana, telah banyak orang atau golongan mencari sosok manusia yang akan menjadi penuntunnya/penyelamat sebelum Akhir Jaman dengan pandangan nama atau penyebutan istilah yang bermacam-macam seperti: “Al Mahdi/Imam Mahdi/ Isa Almasih ke-2/ Mesias/ Satrio Piningit/ Ratu Adil/ Avatar,dan lain sebagainya. Tetapi yang sebenarnya dari macam-macam nama dan istilah itu, orangnya hanyalah satu.
Data pribadi beliau:
1. Nama : MUHAMMAD GATOT HARYANTO (MGH)
2. Tanggal lahir : 10 Nopember 1954
3. Hari : Rabu Pon
Beliau adalah sosok manusia mulia yang selalu mengajarkan tentang KEBENARAN yang sejati, yaitu “HIDUP YANG BENAR” dan “HUKUM YANG BENAR”.
HIDUP YANG BENAR
1. Jujur.
2. Sholat.
3. Yakin, sabar, sadar, tekun, ihklas.
4. Jangan punya niat jelek dengan siapapun termasuk setan sekalipun.
5. jangan merasa apapun.
Tanggal 6 Juni 2009
ttd
MUHAMMAD GATOT HARYANTO
HUKUM YANG BENAR
1. Yang benar hanyalah Allah.
2. Saya hanya punya hak mengatakan benar dan salah.
3. Saya tidak punya hak mengadili, menghukum, membunuh.
4. Marah saya karena sayang.
5. Walaupun disakiti saya tidak punya hak untuk meyakiti.
Minggu pagi jam 10.00
Tanggal, 10 Januari 2010
ttd
MUHAMMAD GATOT HARYANTO
Demikian penyampaian singkat saya ini, semoga dapat bermanfaat bagi anda, dan khususnya saya sendiri untuk menuju keselamat dunia akhirat.
jika anda ingin tahu lebih detail, silahkan tanya langsung ke beliau atau dapat menghubungi saya di 081386480007 serta ke E-mail: sahrudin.cipayung@gmail.com. Jangan lupa sampaikan kepada rekan/saudara/orang tua/adik/dll, agar kita selalu mejadi hamba Allah yang taat dan patuh akan printahnya.
Posting Komentar