Bismillahirrahmānirrahįm
IKHWÃNUSH-SHAFÃ:
INSAN KAMIL ITU IMAM MAHDI
Oleh: Ki Waras Jagat Pakuan
Ikhwān Ash-Shafā' Dalam Lintasan Sejarah Umat Islam
Ikhwānush-Shafā' yang berarti "persaudaraan yang suci bersih" adalah sekelompok ahli fikir yang beranggotakan para ilmuwan dan filosof yang didirikan di Bashrah (Irak) sekitar tahun 373 H/983 M dengan sebuah cabangnya di Baghdad. Mereka menyusun sekitar 51 karya ilmiah yang terkenal sebagai Rasā'il Ikhwānish-Shafā' yang berbentuk ensiklopedia ilmu pengetahuan, filsafat dan agama dalam bahasa Arab, yang boleh jadi merupakan yang pertama kali dalam dunia perbukuan.[1]
Persaudaraan ini didirikan dengan tujuan untuk memurnikan ajaran Islam yang mereka anggap telah tercemar oleh ajaran-ajaran dari luar Islam, dan juga untuk membangkitkan kembali rasa cinta kepada ilmu pengetahuan di kalangan umat Islam.
Untuk maksud itu mereka berkeyakinan bahwa obat untuk memurnikan ajaran Islam adalah filsafat. Karenanya mereka mempelajari filsafat yang kemudian dipadukan dengan agama. Mereka membahas filsafat Yunani, Persia, India dan lain-lainnya dengan seksama, kemudian dijadikan satu ikhtisar dan mazhab tersendiri.
Tokoh-tokoh yang terkenal dari Ikhwānush-Shafā' terdiri dari lima orang, yaitu:
1. Abu Sulaiman Muhammad bin Mu'syi al-Busti yang dikenal dengan sebutan al-Maqdisi;
2. Abu al-Hasan Ali bin Harun az-Zanjani;
3. Abu Muhammad al-Mihrajani;
4. Al-Aufi; dan
5. Zaid bin Raf'ah.
Dalam Rasā'il Ikhwānish-Shafā' yang terdiri dari empat jilid itu mencakup semua obyek studi humaniora , seperti Ilmu Pasti, Ilmu Alam, Ilmu Musik, Ilmu Kimia, Metorologi, Biologi, Etika, Gramatika, Botani, Metafisika, Alam Akhirat dan lain-lain. Rasā'il ini kemudian diringkas menjadi satu risalah yang disebut al-Jamī'ah, dengan demikian Rasā'il mereka menjadi 52 risalah.
Beberapa Ajaran Ikhwānush-Shafā'
Pemikiran-pemikiran filsafat Ikhwānush-Shafā' bercorak mistik, karena itu pandangan mereka mengenai masalah sosial dan politik sangat praktis dan berperikemanusiaan.
· Mengenai Filsafat
Bagi Ikhwān Ash-Shafā' filsafat itu mempunyai tiga fase:
1. Awal Filsafat, adalah mencintai ilmu pengetahuan dan mempelajarinya;
2. Tengah Filsafat, adalah makrifat (mengenal) hakikat-hakikat segala yang ada menurut kemampuan manusia; dan
3. Akhir Filsafat, adalah berbicara dan beramal sesuai dengan ilmu pengetahuan.
Bagi mereka tujuan mempelajari filsafat agar jiwa manusia menyerupai sifat tasybihiyyah Tuhan sesuai dengan kemampuannya.[2]
· Mengenai Jiwa
Mengenai Jiwa, kelompok filosof Ikhwānush-Shafā' berpendapat:
1. Jiwa adalah jauhar rohani sejenis cahaya, bergerak dan tidak binasa selama-lamanya;
2. Jiwa itu mengetahui dan dapat menangkap gambaran sesuatu, walaupun abstrak;
3. Jiwa itu seperti cermin, bila permukaanya bersih ia dapat menangkap gambaran bentuk yang didepannya sesuai dengan aslinya. Sebaliknya jika permukaannya kotor maka tidak dapat menangkap bayangan di depannya dengan jelas; dan
4. Jiwa bila bersih dari maksiat akan dapat menangkap dan melihat kebaikan-kebaikan, sebaliknya bila jiwa dikotori oleh maksiat maka ia tidak akan dapat menangkap dan melihat kebaikan.
· Mengenai Alam
Mengenai alam, menurut Ikhwānush-Shafā' alam dunia ini adalah baru yang berarti mempunyai awal, dan kelak akan berakhir pada masa tertentu. Alam ini merupakan limpahan dari wujud Tuhan secara berangsur-angsur dan bukan limpahan yang terjadi sekaligus. Alam ini pada suatu saat akan fana, karena tiada sesuatupun di dunia yang kekal selain daripada Tuha.
· Mengenai Insan Kamil
"Insan Kamil" atau "Manusia Sempurna", yaitu manusia yang dalam dirinya terhimpun segala macam sifat Tuhan dan manusia, atau manusia yang telah menyadari kemanusiaannya di atas segala tingkatan makhluk – ajaran yang umum diikuti oleh filosof dan sufi Muslim. Perlu dicatat bahwa konsepsi yang sangat eklektik mengenai "Manusia Sempurna" ini dikemukakan oleh Ikhwānush-Shafā' sebagai beriut:
"Manusia sempurna itu berasal dari Persia Timur, beragama dari Arab, berpendidikan Babylonia, cepat tanggap seperti orang Ibrani, mengikuti Kristus dalam perilakunya, menguasai ilmu-ilmu kealaman seperti orang Yunani, pandai menafsirkan hal-hal yang ghaib seperti orang India, lebih dari situ, memiliki semua pandangan batin seperti orang sufi".[3]
Menyingkap Ajaran "Insan Kamil" Ikhwānush-Shafā'
Secara spesifik, ajaran "Insan Kamil" dari Ikhwānush-Shafā' yang disebutkan di atas merujuk kepada seorang pribadi yang mulia, ia adalah Imam Mahdi atau Al-Masih Akhir Zaman yang kedatangannya telah dijanjikan oleh "Insan Akmal" (Manusia Paling Sempurna) yakni Nabi Muhammad SAW. Insan Kamil dalam konteks ini adalah satu-satunya pribadi yang dijanjikan, ia akan bertugas untuk mengembalikan kejayaan Islam dengan meneruskan ajaran dan perjuangan Insan Akmal atau Akmālun-Nās (Sesempurna-sempurna manusia)
Adalah sangat rasional jika ajaran Manusia Paling Sempurna atau dalam istilah Al-Qur'an ajaran Sang Khātamun-Nabiyyīn[4] hanya mungkin dapat diajarkan kembali secara sempurna oleh Insan Kamil atau Sang Khātamul Auliyā', sesuai dengan nubuwwatan Al-Qur'an dan Hadits. Allah SWT telah mengangkat Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad AS sebagai Al-Mahdi Al-Muntazhar dan Al-Masih Al-Mau'ud pada masa akhir zaman ini.
Untuk lebih jelasnya, marilah kita perhatikan maksud dari ajaran Insan Kamil Ikhwānush-Shafā' tersebut satu persatu:
· Manusia sempurna itu berasal dari Persia Timur:
Pendiri Jemaat Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad AS. adalah Imam Mahdi dan Masih Mau'ud, beliau berasal dari keluarga terhormat. Mirza adalah gelar yang biasa diberikan kepada kaum ningrat, keturunan raja-raja Islam dinasti Moghul dari Persia, Ghulam merupakan nama famili, jadi nama asli beliau adalah Ahmad.
Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad AS. dilahirkan hari Jumat, tanggal 13 Pebruari 1835 M/14 Syawal 1250 H, Qadian, India. Ayahnya bernama Mirza Ghulam Murtadha, ibunya bernama Chiraagh Bibi, kakeknya bernama Mirza Atha Muhammad bin Mirza Gul Muhammad keturunan Haji Barlas dari keluarga Moghul.[5]
Haji Barlas adalah raja kawasan Qesh yang merupakan paman Amir Tuglak Temur, tatkala Amir Tuglak Temur menyerang Qesh, Haji Barlas terpaksa mengungsi ke Khurasan (Persia Timur) dan Samarkand yang kemudian menetap di sana. Pada abad ke X H. atau abad ke XIV M. tepatnya tahun 1530 M, seorang keturunan Haji Barlas yang bernama Mirza Hadi Beg beserta 200 orang pengikutnya hijrah dari Khurasan ke daerah Gurdaspur di Punjab yang letaknya 70 mil sebelah timur Lahore sekitar kawasan Sungai Bias, dengan mendirikan sebuah perkampungan bernama Islampur Qādhī. Dengan berubahnya waktu, lambat laun nama Islampur Qādhī pun hilang tinggal Qādhī saja. Dikarenakan loghat daerah tersebut nama Qādhī menjadi Qadian.
· Beragama dari Arab
Tidak diragukan lagi bahwa agama yang dianut oleh Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad AS. adalah agama Islam, yang dibawa seorang Arab asli yakni Nabi Muhammad SAW. Pada masa Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad AS. salah seorang Seorang ulama ahli hadis yang kemudian menjadi musuh beliau yakni Muhammad Husain Batalwi dalam buku Isya'atus Sunnah jilid VII, hlm. 9, ketika buku Barahin Ahmadiyah diterbitkan berkomentar:
Pengarang buku Barahin Ahmadiyah itu tetap tegak di atas syariat Muhammadiyah, orang bertakwa, dan sangat benar. Selanjutnya Muhammad Husain Batalwi dalam buku Isya'atu Sunnah, jilid VI, h. 7 mengatakan pengarang buku Barahin Ahmadiyah itu tetap menolong Islam dengan hartanya, jiwanya, penanya, lidahnya dengan segala-segalanya sehingga di antara orang-orang Islam dahulu pun jarang seperti ini.[6]
· Berpendidikan Babylonia
Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad AS. tidak banyak mendapatkan pendidikan formal semasa hidupnya. Ia mulai mendapatkan pendidikan ketika berusia 6-7 tahun di rumah, di mana pada tahun 1841 M. ayahnya mempekerjakan seorang guru yang bernama Fazal Ilahi untuk mengajarkan Al-Qur'an dan kitab-kitab bahasa Parsi (Iran). Tahun 1845 M. saat Ghulam Ahmad berusia 10 tahun ayahnya mempekerjakan juga seorang guru bernama Fazal Ahmad untuk mengajarkan nahwu-sharaf. Pada usia 17 tahun Mirza Ghulam Ahmad AS mendapatkan pengajaran kitab-kitab nahwu dan mantiq (logika) dari seorang guru yang bernama Gul Ali Syah. Sedangkan ilmu ketabiban ia dapatkan dari ayahnya sendiri yang saat itu dikenal sebagai seorang tabib yang sangat mahir dan pandai.
Mengenai materi-materi yang berhubungan dengan sejarah agama, kepercayaan, ilmu pengetahuan dan sastera Babylonia beliau mempelajarinya secara otodidak dari perpustakaan ayahanda. Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad AS. secara ilmiah dan spiritual mampu meluruskan kepercayaan-kepercayaan salah kaum Babel mengenai dewa-dewa, roh-roh dan mitos-mitos yang pernah berkembang di sana. Pernyataan-pernyatan beliau mengenai hal itu tersebar dalam buku-buku, khutbah dan pidato-pidato beliau yang terhimpun dalam Ruhani Khazain dan Malfuzhat.
Dalam bidang sejarah, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad AS berhasil membuat dunia Kristen terguncang ketika melalui serangkaian riset yang beliau lakukan berhasil mendapatkan fakta-fakta yang sangat kuat, bahwa Nabi Isa AS tidak mati disalib, akan tetapi ia berhasil menyingkir ke wilayah Iran, Afganistan, India dan akhirnya menghabiskan masa tua dan wafat secara biasa di Kasymir setelah menyampaikan tugas beliau mencari domba-domba Israel yang hilang. Ketika itu 10 suku Israil berada di wilayah-wilayah tersebut, sedangkan di Palestina ketika itu tinggal 2 suku saja. 10 suku Bani Israel dimaksud menjadi tawanan Nebukadnezer pada masa itu yang kemudian mereka ditempatkan di tempat-tempat tersebut.
Mengenai sejarah umat Kristen dan Babylonia yang ada hubungannya dengan Nabi Isa AS. telah beliau kupas secara tuntas dalam buku beliau, Masih Hindustan Me (Al-Masih di India). Adapun mengenai kewafatan Al-Masih sendiri banyak beliau kemukaan dalam buku-buku beliau yang lain, baik yang berbahasa Arab maupun yang berbahasa Urdu.
· Cepat tanggap seperti orang Ibrani
Pada masa Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad AS. diutus Allah SWT. sebagai Imam Mahdi dan Al-Masih Al-Mau'ud kondisi umat Islam pada umumnya sangat menyedihkan, khususnya di India agama Islam dijadikan sasaran tikaman dan hinaan para missionaris Kristen dan Hindu. Beliau dengan sigap dan tangkas tampil ke arena untuk membela mati-matian wibawa dan kemuliaan Islam dengan argumentasi-agumentasi yang tidak bisa dipatahkan lawan, bahkan dalam beberapa peristiwa sampai diakhiri dengan mubahalah (perang do'a) antara beliau dengan tokoh-tokoh fanatik Kristen dan Hindu yang senantiasa menyerang dan menghina Islam dan menghina Rasulullah SAW.
Sehubungan dengan kewafatan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad AS pada 26 Mei 1908 Maulana Sayyid Habib, editor Majalah Siyāsah dan salah seorang penentang Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad AS. berkomentar:
"Pada waktu para pendeta Arya dan missionaris Kristen sedang melancarkan serangan besar-besaran terhadap Islam. Sangat sedikit ulama yang sibuk melindungi syariat kebenaran pada saat itu, dan mereka tidak banyak berhasil. Mirza Ghulam Ahmad turun ke arena dan beliau dari pihak Islam sangat gigih melawan para pendeta Kristen dan Arya".
Lebih lanjut sang editor itu mengatakan: " saya sedikitpun tidak takut untuk mengatakan bahwa Mirza Sahib telah melaksanakan kewajiban ini dengan sangat baik dan dengan cara yang benar.Dan beliau telah mematahkan kekuatan para penentang Islam. Beberapa artikel beliau mengenai Islam pun tidak terbantahkan"[7].
Beberapa ulama India lainnya memberikan apresiasi positif terhadap dakwah Islam yang dilancarkan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad AS. dalam berbagai media, mereka adalah Khwaja Ghulam Farid Sajjadah, Maulana Abul Jalam Azad, Shadiqul Akbar Rewari, Mirza Hayrat Dhelwi dan Chaudri Afdal Haq.
· Mengikuti Kristus dalam perilakunya
Karena banyaknya persamaan sifat, kondisi dan perilaku antara Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad AS. sebagai Imam Mahdi dengan Nabi Isa AS. sampai-sampai Yang Mulia Rasulullah SAW dalam menubuwatkan kedatangannya di akhir zaman menggunakan gaya bahasa majaz isti'arah, karena dalam isti'arah inilah seseorang dapat menggerakkan keinginan dan perasaanya. Yang Mulia Rasulullah SAW telah dengan sengaja menyebut Al-Mahdi Al-Ma'hud itu sebagai Isa Ibnu Maryam.
Dengan demikian, hadis yang diriwayatkan dalam Sunan Ibnu Majah, Kitabul Fitan, bab Syiddatiz Zamani hlm. 652, hadis no. 4039, yang bersumber dari Anas bin Malik, bahwa Hadhrat Rasulullah SAW. bersabda: "…Dan tidak ada Mahdi kecuali Isa Ibnu Maryam."[8] adalah sangat tepat.
Menurut hadis ini, bahwa Imam Mahdi dan Isa yang dijanjikan itu merupakan seseorang yang menyandang dua gelar dalam satu wujud. Hadhrat Mulla Ali Al-Qari menulis dalam Al-Masyrabul Wardi sebagai berikut: "Maksud hadis laa mahdiyya illaa 'iisaa itu sebenarnya ialah bahwa tidak ada Mahdi yang sempurna pada masa itu melainkan Isa." (Hijajul Kiramah h. 386).[9] Demikian juga hal ini sesuai dengan wahyu yang diterima Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad AS yang menyebutkan bahwa beliau sebagai masīl Isa Israili. Allah SWT. berfirman kepada Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad AS: " Aku menciptakan engkau dari unsur yang sama dengan Isa, engkau dan Isa adalah dari unsur yang satu
Dalam Barahin Ahmadiyah bagian IV, h. 499 sub cat. Kaki 3 menjelaskan bahwa Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad AS adalah orang yang serupa dengan Isa AS. Persamaan antara Isa Musawi (Isa penerus ajaran Nabi Musa)dengan Isa Muhammadi (Isa penerus ajaran Nabi Muhammad) begitu dekatnya sehingga sulit untuk membedakannya. Sebagaimana beliau a.s. bersabda:
"Kepada hamba yang lemah ini telah diwahyukan: Bahwa Isa Israili berkat kesabaran dan ketabahan hatinya, rasa percaya diri, ketulusan, berkat tanda-tanda yang dipertunjukkan kepadanya, dan berkat cahaya yang dipunyainya seperti itu pulalah hamba yang lemah ini diserupakan dengan Isa. Dalam peri kehidupannya di bumi dan fitrat hamba yang lemah ini dan fitrat Isa mempunyai persamaan yang mengherankan, seakan-akan keduanya merupakan potongan-potongan dari intan yang sama atau mereka adalah buah-buah dari pohon yang sama. Mereka begitu dekatnya sehingga bagi mata rohani tampaknya tidak begitu banyak perbedaan di antara keduanya.[10]
Demikian juga sejarah menjadi saksi bahwa Nabi Isa AS. diutus kepada Bani Israil ketika bangsa itu berada di bawah penjajahan Romawi, demikian juga Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad AS. diutus ketika bangsa dan umat Islam India berada di bawah penjajahan Inggris Raya. Selain itu kita ketahui bahwa Nabi Isa AS. semasa hidupnya tidak menguasai kekuasaan politik, demikian juga Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad AS.datang bukan untuk menegakkan khilafah politik, beliau datang hanya semata-mata untuk menegakkan kekuasaan ruhani atau khilafah keagamaan semata-mata dan non politik. Hal ini sesuai dengan kehendak Allah SWT dan merupakan jawaban yang sangat jitu untuk menyelesaikan persoalan-persoalan umat Islam pada akhir zaman ini.
· Menguasai ilmu-ilmu kealaman seperti orang Yunan
Tidak diketemukan dari berbagai sumber mana pun kalau Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad AS. secara formal pernah belajar ilmu kalam, filsafat, sufisme, metodologi, dan pendekatan keilmuan. Secara intelektual, dengan berbekal beberapa perangkat kelimuan yang didapati dari tiga guru privat beliau dan berbagai macam ilmu yang berasal dari hasil pembelajaran otodidak di perpustakaan pribadi ayahnya, perkembangan intelektual dan spiritual beliau cukup menumental untuk diamati dan terkadang cukup mengherankan bagi beberapa kalangan. Dengan demikian pada masa awal perjuangan beliau ia sudah mulai tampil di arena perdebatan polemik dengan berbagai tokoh agama dan Ilmuan di India ketika itu.
Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad AS. dengan pendekatan –pendekatan mantiqi dan filsafati beliau berani menentang filsafat, tetapi filsafat yang dinentang beliau adalah filsafat yang menimbulkan pertentangan dengan keimanan dan tauhid. Bila ide serangannya diperhatikan, baik yang ditujukan kepada para filsuf maupun para teolog, tampak bahwa Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad AS . sendiri sedang mengikuti pola pikir filsafat Yunani, tegasnya adalah Aristoteles (384-322 SM). Hal ini ditunjukkan dengan adanya sikap respek yang ditujukan beliau terhadap logika dalam banyak karya beliau.
· Pandai menafsirkan hal-hal yang ghaib seperti orang India
Sebagai seorang Insan Kamil Rabbani Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad AS. bukan saja pandai menafsirkan hal-hal yang ghaib seperti halnya para penafsir pada umumnya, lebih dari itu beliau adalah praktisi pengelanaan jagat ghaibiyah Ilahi dimana wahyu, ilham, kasyaf dan rukya merupakan hal yang biasa beliau alami. Peristiwa-peristiwa ghaib yang Imam Mahdi dan Masih Mau'ud AS. alami sudah dikumpulkan dalam bentuk buku yang diberinama Tadzkirah, buku ini setebal 839 halaman dan di dalamnya selain terdiri dari wahyu, ilham, kasyaf dan rukya juga dipenuh dengan penafsiran-penafsiran beliau AS. Oleh sebagian orang Islam garis keras, Tadzkirah ini dijadikan isu yang laku dijual bahwa Ahmadiyah kitab sucinya adalah Tadzkirah, satu tuduhan yang sama sekali bukan kepercayaan orang-orang Ahmadiyah itu sendiri.
Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad AS. bersabda: "Semua puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam. Aku menafsirkan ru'ya itu sebagai bantuan Allah SWT. secara langsung tanpa intervensi cara-cara eksternal dan bantuan manusia, agar Dia menyempurnakan karunia-Nya atas diriku dan memasukkan aku kepada ridha-Nya.[11]
"Allah yang Maha Kuasa telah memberitahukan kepadaku berulang kali dalam kasyaf tentang seorang bernama Krishna yang muncul di antara bangsa Arya, adalah seorang pilihan Tuhan dan seorang Nabi. Ungkapan gelar avatar yang digunakan di antara umat Hindu pada esensinya sinonim dengan Nabi. Ada sebuah ramalan dalam kitab-kitab Hindu bahwa di akhir zaman seorang avatar akan muncul yang memiliki ciri-ciri sebagai Krishna dan merupakan cerminan dirinya. Telah diwahyukan kepadaku bahwa akulah wujud itu. Krishna memiliki dua sifat yaitu pertama, ia adalah seorang pembunuh binatang liar dan babi, yaitu melalui penalaran dan tanda-tanda, dan kedua, ia adalah pelindung sapi yang berarti sebagai penolong mereka yang saleh melalui ruhaninya. Keduanya ini merupakan sifat dari Al-Masih yang Dijanjikan dan Allah SWT. telah mengaruniakan keduanya kepada diriku.
Aku adalah Krishna yang kedatangannya ditunggu-tunggu oleh kaum Arya pada masa ini. Aku tidak mengada-ada dalam pengakuan ini, karena Allah yang Maha Kuasa telah menyampaikan berulangkali bahwa aku adalah Krishna, raja bangsa Arya, yang akan muncul di akhir zaman".[12]
"Suatu ketika aku melihat Krishna dalam sebuah kasyaf. Ia berkulit gelap, berhidung mancung dengan dahi yang tinggi. Ia berdiri dan melekatkan hidung dan dahinya pada hidung dan dahiku."[13]
· Memiliki semua pandangan batin seperti orang sufi
Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad AS, Al-Masih dan Al-Mahdi yang dijanjikan pada tanggal 12 Juli 1905 menerima wahyu: "Rūhāni 'ālam ka darwazah tere far khulā gheya" (Gerbang dari dunia keruhanian telah dibukakan bagi engkau) dan "Fabasharuka al-yauma hadīdun" (Pandangan batinmu kini sangat tajam". [14]
Pada tempat lain Hadhrat Masih Mau'ud AS. menyatakan tentang karunia-karunia Allah yang telah diberikan padanya:
"Dengan demikian, ayat-ayat (tanda-tanda) yang dzahir, batin, dan yang terluput dari pandangan orang-orang telah nampak dengan jelas di kedua mataku. Dia telah mengaruniai aku dengan farāsat (ilmu firasat) para pembaharu dan memberiku macam-macam pemahaman yang baru dengan segenap kecerdasan dan harapan untuk mereformasi berbagai bentuk penyelewengan yang baru. Dan untuk menunjukkan kepada perilaku-perilaku yang baik. Maka siapakah gerangan yang dapat memberikan petunjuk? Dialah Allah Yang Paling penyayang dari setiap penyayang".[15]
"Ketika aku memutuskan untuk mengkompilasi buku kecil ini, aku menerima wahyu dari Allah SWT. bahwa mereka yang tidak percaya dan yang telah menyatakan aku sebagai kafir, tidak akan mampu membuat buku yang serupa, baik dari segi prosa maupun puisinya, yang mengandung kedalaman dan kebijaksanaan di dalamnya. Mereka yang ingin menyangkal wahyuku agar mengemukakan yang sama seperti yang telah aku lakukan karena Imam Mahdi selalu dibimbing mengenai hal-hal yang tidak diketahui orang-orang yang tidak memperoleh bimbingan. Para musuh Mahdi tidak akan pernah bisa mencapai apa yang telah dicapainya meskipun mereka terbang mengangkasa.[16]
Alhamdulillahi Rabbil '
[1] Prof. M.Sa'id Syaikh, Kamus Filsafat Islam, terjemahan Machnun Husein, Rajawali, Jakarta, 1991, hal 9
[2] Lihat, Ensiklopedi Islam Indonesia, Djambatan, Jakarta, 1992, hal 413-414.
[3] [3] Prof. M.Sa'id Syaikh, Kamus Filsafat Islam, terjemahan Machnun Husein, Rajawali, Jakarta, 1991, hal 27.
[4] Berdasarkan pendekatan ilmu mantiq dan fiqh lughah (Filologi) kata Khātam (secara lughat mempunyai makna musytarak diantaranya; cincin, cap, dan dan akhir) jika di-idhafat-kan (disandarkan) kepada kata jama' misalnya An-Nabiyyīn maka tidak ada arti lain selain arti akmalu (yang paling sempurna atau yang paling bagus) atau kata yang semakna dengan itu. Dengan demikian arti yang sangat tepat untuk kata Khātaman-Nabiyyīn adalah Nabi yang paling sempurna atau paling baik di antara para Nabi dan Rasul yang diutus Allah SWT.
[5] Asep Burhanudin, Ghulam Ahmad Jihad Tanpa Kekerasan, LKiS, Yogyakarta, 2005, Cet. ke-1, h. 32-33
[6] Syafi R. Batuah , Fungsi Hakiki Masih Mau'ud a.s., Sinar Islam, (Juni, 1983), h. 37
[7] Asep Burhanudin, Ghulam Ahmad Jihad Tanpa Kekerasan, LKiS, Yogyakarta, 2005, Cet. ke-1, h. 51
[8] Hasan Abu Ummar, Imam Mahdi menurut Ahlussunnah Waljama'ah, Yayasan Mulla Shadra, Jakarta, 2000, Cet. ke-1, h. 75
[9] Maulana Mohammad Sadiq H.A., Kedatangan Almahdi dan Almasih, Sinar Islam no. 2, (Februari/Tabligh, 1980 M/1359 H.S.), h. 68
[10] Ibid.
[11] Al-Badar, jilid II, no. 23, 7 Januari 1906, hal. 3.
[12] Tatimmah Haqiqatul Wahyi, hal. 95).
[13] Al-Hakam, jil. XII, no. 17, 6 Maret 1908, hal. 7.
[14] Al-Badr, vol. I, No. 15, 13 Juli 1905, hal. 2, Tadzkirah, hal. 552
[15] Sirrul Khilāfah, hal. 11.
[16] Nurul Haq, bag. 2, hal. Judul
2 komentar:
kenapa ya, masih ada ja orang yang mau mengikuti anda.
bisa jadi ini dikarenakan umat islam hari ini memang tidak berilmu tentang agamanya sendiri.
ini adalah satu pegangan yang sesat. diharapkan suatu hari nanti anda akan menyedarinya.
Posting Komentar