Sang Mahaprabu Niskala Wastu Kancana:

Minggu, 10 Februari 2008

 

Sang Mahaprabu Niskala Wastu Kancana:

KEMBALI KEPADA AJARAN SUNDA

Oleh: Ki Waras Jagat Pakuan

 

Pesan Moral Kesundaan

Penulis merasa prihatin dengan kondisi bangsa kita tercinta, Bangsa Indonesia, bangsa yang dahulu terkenal dengan bangsa yang berbudi luhur dan penuh dengan keramahan, tetapi kini seolah-olah budi luhur dan keramahan itu tinggal kenangan. Keluhuran budi dan keramahan Bangsa Indonesia menjelang dan di era reformasi ini nyaris habis terkikis oleh budaya egoisme kelompok, kebencian, kemarahan dan anarkisme.

Melalui tulisan ini, atas nama Leluhur Bangsa, Sang Mahaprabu Niskala Wastu Kancana, Sang Mahaprabu Siliwangi I (1371 � 1475 M) penulis menyampaikan Pesan Moral Kesundaan, semoga bermanfaat bagi Bangsa Indonesia umunya dan khususnya segenap masyarakat di Tanah Pasundan. Sesuai dengan apa yang telah diterima penulis dari Sang Mahaprabu, beliau menyarankan agar kita segera kembali kepada Ajaran Sunda: "Sunda numatak mawa pangarti, Sunda numatak mawa kanyaah, jeung Sunda numatak mawa ngaji ka diri." (Ajaran Sunda yang dapat membawa kita kepada ilmu pengetahuan, ajaran Sunda yang dapat membawa kita kepada saling menyayangi, dan ajaran Sunda yang dapat membawa kita mampu mengkaji diri kita sendiri).[1]

 

Penjelasan Pesan Moral Kesundaan

1.    "Sunda numatak mawa pangarti"

Ajaran Sunda yang harus kita ajarkan, pahami dan praktekkan dalam kehidupan sehari-hari adalah Ajaran Sunda yang akan membawa masyarakat untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan pencerahan baik yang bersifat duniawi maupun ukhrawi. Pesan ini pun mengandung pengertian bahwa ajaran apapun yang tidak mengarahkan masyarakat kepada pencerahan atau bahkan cenderung membawa mereka kepada kebodohan dan kerendahan akhlak hendaklah dihindari.

Demikian juga ajaran-ajaran yang merupakan produk impor ataupun lokal yang akan membawa masyarakat kepada kekerdilan, kekakuan dan kesempitan berfikir maka itupun pada hakikatnya tidak sesuai dengan Ajaran Kesundaan bahkan ajaran agama sekalipun.

Al-Qur'an menegaskan: Yarfa'illahu al-ladziina aamanuu minkum wa 'amiluu ash-shaalihaa wa al-ladziina uutul 'ilma darajaat (Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat).[2] Demikian juga Al-Qur'an sering menyampaikan sindiran-sindiran, diantaranya: afalaa ta'qiluun (apakah kamu sekalian tidak berfikir)[3]. Rasulullah SAW bersabda: Uthluubul 'ilma walau bish-shiin fainna thalabal 'ilmi fariidhatun 'ala kulli muslimin (Tuntutlah ilmu walau harus pergi ke negeri Cina, karena sesungguhnya mencari ilmu itu fardhu bagi setiap muslim).[4]

Jadi, bukanlah orang Sunda yang baik orang yang tidak memperdulikan ilmu pengetahuan atau membiarkan anak keturunannya tidak terpelajar dan terdidik. Sebelum ini, Mahaprabu Purnawarman pernah mengatakan: "Memang kula teu ngabagi-bagi emas jeung munding ka rahayat kula, tapi kula mere pangarti supaya rahayat bisa boga emas jeung munding". (Ya, memang saya tidak membagi-bagi emas dan kerbau kepada rakyat Pasundan, akan tetapi saya memberi ilmu pengetahuan agar rakyat bisa mempunyai emas dan kerbau) ".

 

2.    "Sunda numatak mawa kanyaah"

Ajaran Sunda ini dapat memberikan sugesti dan dampak yang sangat hebat jika kita hayati dan amalkan. Alangkah ironisnya kita sekarang, kita setiap waktu menyaksikan betapa kebencian, kekerasan, dan intoleransi telah terjadi begitu mengerikan. Kasih sayang nyaris hilang sirna di Bumi Pertiwi kita ini dan diganti dengan kekerasan dan pemaksaan kehendak satu kelompok terhadap yang lainnya.

Adalah menjadi sunatullah bahwa jika yang dipertontonkan oleh manusia itu kekerasan dan kekerasan maka Allah pun akan memperlihatkan kemurkaan lewat azab-azab-Nya. Lihatlah; tanah, air, api, dan angin begitu serentak murka di tengah-tengah kita. Banyak anggota masyarakat kita tertipu oleh budaya dan ajaran Wahabisme, ajaran radikal yang senang mempertontonkan kekerasan dan anti toleransi hanya karena ajaran itu datang dari Arab, atau karena yang menjadi da'i-da'inya seorang Habib.

Sungguh bangsa ini sudah mempunyai budaya dan ajaran moral yang begitu tinggi nilainya seperti; Silih Asih � Silih Asah - Silih Asuh, Gemah Ripah � Repeh Rapih, dan Bhineka Tungal Ika. Bukankah ajaran ini sesuai betul dengan ajaran: Irham man fil ardhi yarhamuka man fis-samaai (Sayangilah orang yang ada di bumi, maka engkau akan disayangi oleh Yang ada di langit).[5] Al-Qur'an dengan tegas menyatakan: Innamal mu'minuuna ikhwatun fa'ashlihuu baina akhawaikum wattaqullaha la'allakum turhamun (Sesungguhnya tiada lain bahwa orang-orang mukmin itu bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat kasih sayang).[6]

Di negara kita sekarang sedang tumbuh-tumbuhnya rasa egoisme dan fanatik golongan. Kelompok Islam Radikal seperti Fron Pembela Islam (FPI), Majlis Mujahidin Indonesia (MMI) dan Hijbut Tahrir Indonesia (HTI) sudah mulai mengadakan intimidasi-intimidasi terhadap kelompok-kelompok Islam moderat atau kelompok yang dianggap sesat oleh mereka, bahkan di Lombok NTB telah terjadi pembumihangusan perumahan dan mesjid, di Kuningan pengrusakan dan pembakaran mesjid, di Sadasari Majalengka pengrusakan Mesjid, di Sukapura Tasikmalaya, di Singaparna dan tempat-tempat lainnya.

Jika kondisi ini dibiarkan maka tidak lama lagi Persatuan dan Kesatuan Bangsa akan terkoyak dan porak poranda, Bangsa Indonesia akan terpecah belah dan memudahkan bangsa lain untuk menguasainya baik langsung maupun tidak langsung. Demi Allah, kekerasan, pemaksaan keyakinan, kehendak dan terorisme hanya akan membuat Bangsa Indonesia tambah menderita.

Menurut analisa penulis, gerakan-gerakan Neo DI TII yang telah muncul sekarang akan sangat berbahaya karena mungkin sekali akan dimanfaatkan oleh Gerakan Terorisme Internasional, Al-Qaida yang aksi-aksinya sudah nyata, seperti peledakan WTC Washington, Bom-bom Bunuh diri di Irak, Bom Bali I & II, peledakan Hotel Marriot Jakarta dan lain-lain.

 

3.    Sunda numatak mawa ngaji kadiri.

Ajaran Sunda ini sungguh merupakan sebagian dari hakikat ajaran agama Rasul, yakni Islam. Ajaran ini senantiasa mengingatkan kita sebagai manusia untuk tidak keluar dari dari jati diri sebagai manusia, tidak "merampas" hak-hak ketuhanan dan tidak pula mencoba bertindak sebagai tuhan-tuhan palsu.

Seandainya setiap masyarakat dan Bangsa Indonesia ini pandai mengkaji diri maka sudah dapat dipastikan ia akan pandai memahami dan menghormati orang lain, akan lebih toleran dan tidak akan memaksakan kehendak dan kepercayaannya kepada orang lain.

Contoh yang mudah adalah; jika barang kita dijarah, dirampok atau dirusak orang lain pasti kita akan merasa sedih dan tidak rela. Demikian juga halnya orang yang barangnya kita jarah, rampok dan rusak itu pasti mempunyai perasaan yang sama. Jika kita dipaksa untuk meyakini dan mengimani sesuatu yang bukan keyakinan dan keimanan kita, maka pasti jiwa kita menderita, menolak dan berontak. Demikianpula keadaanya jika kita diperlakukan dengan hal yang sama.

Al-Qur'an memerintahkan kepada segenap manusia untuk memperhatikan dari mana dia diciptakan: Falyanzhuril insaanu mimma khuliqa. Khuliqa mimmaain daafiq.Yakhruju mimbaini shulbi wat-taraaib (Maka hendaklah manusia memperhatikan dari Apakah Dia diciptakan? Dia diciptakan dari air yang dipancarkan, yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan).[7]

Penulis menghimbau kepada kelompok-kelompok Islam radikal, yang sering merasa benar sendiri, masuk surga sendiri dan berani mengkafirkan para pengucap syahadatain dan yang menegakkan shalat sebagaimana shalatnya Rasulullah SAW hendaknya mereka melihat diri, dari apa mereka diciptakan? Nabi SAW mendapat otoritas untuk mengatakan bahwa seseorang itu sesat, kafir dan masuk neraka karena beliau mendapat jaminan bahwa apa yang beliau ucapkan padahakikatnya adalah "wahyu". Nah kalau hanya sebagai pimpinan atau anggaota FPI, MMI, HTI, atau FUI berani bertindak sebagai hakim aqidah atau keimanan hingga berani mengkafirkan sesama muslim atau menghalalkan darahnya, apa tidak keblinger? Rasulullah SAW menghancurkan mesjid dirar karena beliau mendapat wahyu bahwa memang mesjid itu perlu dihancurkan. Apakah FPI, MMI dan FUI ketika mau menghancurkan mesjid-mesjid Jemaat Ahmadiyah dapat jaminan wahyu bahwa memang itu adalah mesjid dirar?

Penulis nasihatkan kepada segenap pengurus dan anggota FPI, MMI, HTI dan FUI untuk kembali ke Jatidiri Bangsa Indonesia dan tidak mengembangkan secara paksa Jati Diri Wahabisme yang notabene budaya kekerasan Arab dan sama sekali Bukan Budaya Islam. Jika kita mau tinggal di NKRI maka kita harus ingat bahwa Bangsa Indonesia tanpa kecuali telah terikat dengan Perjanjian Luhur bangsa, yakni Pancasila dan UUD 45.

Perbedaan FPI, MMI, HTI, FUI dan MUI dengan Ahmadiyah adalah hanya sebatas beda penafsiran terhadap Al-Qur'an maupun Hadits, walaupun pada kenyataanya beda penafsiran itu telah menjadikan FPI, MMI, HTI dan FUI menjadi kelompok Islam radikal dan Ahmadiyah menjadi kelompok Islam moderat dan anti kekerasan. Tetapi bukankah kita mempunyai hak dan kewajiban yang sama yang dijamin konstitusi?

 

Yang Berhak Menghakimi Suatu Keyakinan Hanyalah Allah

               

Allah SWT telah banyak sekali memberi penjelasan tentang tidak berhaknya manusia untuk mengadili keyakinan seseorang, Dia berfirman:

"Dan Barangsiapa menyembah Tuhan yang lain di samping Allah, Padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu, Maka Sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung".[8]

 

"Dan seorang laki-laki yang beriman di antara Pengikut-pengikut Fir'aun yang Menyembunyikan imannya berkata: "Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena Dia menyatakan: "Tuhanku ialah Allah Padahal Dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu. dan jika ia seorang pendusta Maka Dialah yang menanggung (dosa) dustanya itu; dan jika ia seorang yang benar niscaya sebagian (bencana) yang diancamkannya kepadamu akan menimpamu". Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta"[9]

 

"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) di jalan Allah, Maka telitilah dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan "salam" kepadamu: "Kamu bukan seorang mukmin" (lalu kamu membunuhnya), dengan maksud mencari harta benda kehidupan di dunia, karena di sisi Allah ada harta yang banyak. begitu jugalah Keadaan kamu dahulu, lalu Allah menganugerahkan nikmat-Nya atas kamu, Maka telitilah. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan."[10]

 

Kembali Ke Jalan Tawadhu (Rendah Hati) dan Toleransi

          Kalau kita menyadari kelemahan dan ketidak berdayaan di diri hadapan Dzat Ahkamul Haakimiin, maka sudah sepantasnya kita hidup bertawadhu, toleran dan bijaksana dalam mensikapi apapun yang terjadi di dunia ini. Tidak perlu kita bersikap arogan, sombong dan membangakan diri karena kita yang diciptakan dari air yang hina tidak pantas menyandang atau menyaingi sifat Allah, Al-Mtakabbir itu. Kembalikan Islam kepada ajarannya yang asli, indah dan menawan. Janganlah kita kotori Islam ini dengan langkah-langkah ketakaburan, kekerasan maupun terorisme yang laa ashla laha minal Islam (tidak ada dasarnya untuk berbuat takabur, kekerasan maupun terorisme dalam Islam) walaupun 1000 x kita mengatas namakan Islam. Cukup sudahlah pengalaman-pengalaman pahit Pemberontakan DI TII dahulu kita jadikan "cermin", mari kita bangun Indonesia dengan ajaran universal yaitu CINTA KASIH. dalam bingkai BHINEKA TUNGGAL IKA.

           

 

 

 

 

 

 



[1]  Pesan ini penulis terima pada hari Kamis (Malam Jum'at), 07 Februari 2008, pukul 21.25 wib.

[2] Q.S.Al-Mujādilah [58]:11

[3] Q.S.Ali Imran [3]: 65, Al-An'am [6]:32, Al-A'raf [7]:168 dll.

[4]  H.R. Bukhari, Muslim, Ibnu Adi dan Al-Baihaqi.

[5]  H. R. Thabrani dan Alhakim.

[6]  Q.S.Al-Hujuraat [49]: 10.

 

 

[7]  Q.S. Ath-Thariq [86]: 5 � 7.

[8]  Q.S. Al-Mu'minun [23]:117.

[9] Q.S. Al-Mu'min [40]: 28.

[10] Q.S. An-Nisa [04]:94.

0 komentar: