“FITNA” ITU TELAH KEMBALI KEPADA “FUQAHA” DAN “ULAMA” MEREKA

Sabtu, 05 April 2008

 

Oleh: Ki Waras Jagat Pakuan

Ketika dunia diguncang oleh film ”Fitna” karya biadab dari Geert Wilders pada akhir bulan Maret 2008 ini, penulis teringat kepada dua buah hadits Nabi SAW. yang pada tahun 2005 yang lalu sempat penulis ajarkan di depan para mahasiswa. Dua hadits dimaksud terdapat dalam kitab hadits Kanz al-’Ummāl, sebuah kitab ensiklopedi hadits terbesar di sepanjang sejarah ummat Islam.

Hadits pertama, Rasulullah SAW. bersabda: ”Akan datang atas manusia suatu zaman, ketika itu tidaklah menyisa dari Al-Qur’an melainkan tinggal tulisannya saja, tidak menyisa juga dari Islam melainkan tinggal namanya saja, orang-orang (dengan semangat fanatisme dan emosi) mereka menamai (segala sesuatu atau organisasi mereka) dengan nama Islam (yatasammûna bihi), padahal mereka itu orang-orang yang paling jauh dari Islam (ab’adunnāsi minhu), mesjid-mesjid mereka melimpah (dengan jamaah) padahal (pada hakikatnya) mesjid-mesjid itu bobrok dari petunjuk, fuqahā (ahli-ahli fiqih) pada zaman itu sejahat-jahat fuqaha di kolong langit, dari mereka muncul huru hara (fitnah)[1], dan kepada mereka pula (akibat) huru hara itu akan kembali”. [2]

Hadits kedua, Rasulullah SAW. bersabda: “Hampir-hampir datang atas manusia suatu zaman, ketika itu tidaklah menyisa dari Islam melainkan tinggal namanya saja, demikian juga dari Al-Qur’an tidak menyisa melainkan tinggal tulisannya saja, mesjid-mesjid mereka melimpah (dengan jamaah) padahal (pada hakikatnya) mesjid-mesjid itu bobrok dari petunjuk, ulama-ulama mereka (’ulamā uhum) sejahat-jahat ulama di kolong langit, dari mereka akan muncul huru hara (fitnah), dan kepada mereka pula huru hara itu akan kembali”.[3]

Essensi khabar ghaib dua hadits di atas tidak dipungkiri lagi kebenaran dan ketelah sempurnaannya. Terlebih-lebih dengan munculnya film Fitna Geert Wilders, yang tudahan-tuduhannya banyak mempunyai persamaan dengan doktrin para fuqaha dan ulama Wahabi Afghani (Thaliban, Al-Qaeda, Jamaah Islamiyah) dan para pendukung mereka dari harakah-harakah neo-Khawarij. Al-Qur’an dan Hadits dengan tegas dan jelas menyatakan bahwa Islam dan Rasulullah SAW. adalah Rahmatan lil’alamin, sementara ’ulamā uhum dan para orientalis yang memusuhi Islam menggambarkan (na’ūdzubillah) bahwa Islam dan Rasulullah SAW. sebagai agama dan sosok nabi yang mengerikan, keras, kejam dan haus darah. Sampai-sampai jalan terorisme mereka jadikan satu-satunya terakhir dan mutakhir dalam perjuangan mereka.

Bilakhir, mari kita berdo’a: ”Ya Allah, janganlah Engkau jadikan fuqaha dan ulama-ulama kami termasuk kepada fuqaha dan ulama yang gemar menebar fitnah baik dalam bentuk huru hara, pemberontakan, kerusuhan, provokasi, dan fatwa-fatwa sesat atau takfir bagi para pengucap dua kalimah syahadat. Dan janganlah Engkau jadikan kami orang yang gemar mengatasnamakan Islam dalam berbagai tindakan keliru dan kekerasan. Ya Allah, jadikanlah kami para pengikut Muhammad SAW. yang mampu merefleksikan ajaran-ajaran beliau yang benar, indah dan mempesona.” Wahlahdulillah rabbil ’alamiīn. Ămīn.



[1] Fitna (Belanda-English) dalam hahasa Arab Fitnah berarti kegaduhan, huru hara, cobaan, ujian, bujukan dan lain-lain.

[2] H. R. Hakim dalam tarikhnya dari Ibnu Umar, dan Riwayat Ad-Dailami dari Mu’adz. Kanz ‘al-‘Ummāl, jilid XI, hadits no 31135.

[3] H.R. Baihaqi dan Ibnu Adi dari Ali ra. Kanz ‘al-‘Ummāl, jilid XI, hadits no 31136.

0 komentar: